
Suaratrans.com, LAMPUNG SELATAN – Selama arus mudik dan arus balik Lebaran Idul Fitri 1440 H Tahun 2019, ratusan ribu penumpang telah menyeberang melalui pelabuhan Bakauheni, Lampung Selatan dan Merak,Banten.
Bahkan, puluhan kapal roro telah melayani pemudik, dan melakukan pelayanan hingga ribuan trip. Namun, di banding tahun 2018, jumlah trip mengalami penurunan, kalau tahun 2019 hingga H+4 ada 1.518 Trip, dan Tahun 2018 mencapai 1.822 Trip. Pihak Gapasdap mengalami penurunan omset atau mengalami penurunan pendapatan, hingga ratusan trip.
Menurut Ketua DPC Gabubungan Pengusaha Angkutan Danau Sungai dan Penyebrangan (Gapasdap) Bakauheni, Lampung Selatan Warsa mengatakan, sampai H+4, kapal yang melayani angkutan arus mudik lebaran ada 63 unit kapal roro.
“Yang beroperasi dalam sehari ada 34 kapal, dermaga 1, 2 dan 3 dilayani 6 kapal, kapal eksekutif ada 5 kapal, dan untuk dermaga 5 dan 6 masing-masing ada 5 kapal dalam 1 dermaga,” katanya, Rabu (11/6/2019).
Pada arus mudik dan arus balik Tahun 2019, ada 29 kapal besar yang di operasikan, 25 kapal sedang, dan 1 unit kapal kecil.
Kapal yang beroperasi di selat sunda untuk melayani arus mudik dengan kapasitas 5000 GT sampai 15.000 GT. Dengan muatan 400 kendaraan roda empat, 1500 kendaraan roda 2, dan 900 penumpang pejalan kaki.
Agar waktu tempuh pelayaran lebih cepat, pihak Gapasdap, telah menyepakati untuk menggunakan kapal dengan kekuatan mesin 5000 GT hingga 15000 GT. Dan terbukti, pelayaran di selat sunda rata-rata ditempuh dengan waktu 1 hingga 2 jam lamanya.
Selama dua pekan malayani angkutan lebaran bukan tanpa resiko. Sebab, pihak pengusaha kapal harus berani mengorbankan waktu sandar yang ditetapkan oleh pihak Balai pengelola Transportasi Darat (BPTD), maksimal 30 menit.
Akibatnya, pada puncak arus mudik atau balik, muatan kapal dari pelabuhan Merak ke pelabuhan Bakauheni, tidak penuh dan dilarang mengangkut kendaraan truk angkutan barang.
Tak hanya itu, akibat kesalahan teknis, jumlah trip pelayaran juga berkurang. Meski pihak dari Gapasdap harus menelan kerugian milyar rupiah, namun pelayaran tetap harus dilakukan pelayanan prima, demi kepentingan masyarakat luas. Kedepannya, semua kesalahan harus menjadi evaluasi bagi semua pihak, agar dapat melayani lebih baik dan meminimalisir kerugian semua pihak. (WANDI)