Merasa Dizholimi, Nurul Ismail Guru MAN 2 Ceritakan Kronologis Kejadian
Bandarlampung (Suara Trans.Com) — Tenaga pendidik (guru) kembali mendapatkan perlakuan yang tak pantas oleh wali murid. Hal itu dialami oleh Ismail, seorang guru yang mengabdi di MAN 2 Bandarlampung.
Ismail dilaporkan kepada pihak berwajib dengan tuduhan melakukan dugaan penganiayaan dan pelecehan seksual.
Atas kejadian ini, Ismail yang ditemui dirumah kerabatnya seputaran Sukarame didampingi pengacaranya menampik atas laporan tersebut, karena itu adalah bisa dikatakan fitnahan baginya. Sebab, ia tidak pernah melakukan perbuatan menjijikan itu.
Ismail menjelaskan, kronologinya, pada 14 September 2024, di MAN 2 Bandarlampung tempat dirinya mengabdi ada acara Maulid Nabi Muhammad SAW. Di sekolah itu Ismail bertanggung jawab sebagai guru kedisplinan dan juga pembina OSIS.
Di dalam acara Maulid Nabi Muhammad SAW tersebut ada dua agenda secara bersamaan yaitu ekstrakurikuler.
Pada kegiatan itu, kami pihak panitia membolehkan kelas 12 untuk meninggalkan masjid ke acara ekstrakulikuler tersebut untuk melaksanakan foto saja, setelah itu agar siswa kembali lagi ke acara maulid nabi dan akan dilakukan secara bergantian dengan siswa lainnya.
Sebelum acara digelar, terdapat beberapa siswa yang meminta izin untuk ke kamar mandi. Ada siswa yang tak kembali lagi ke acara maulid, sehingga dirinya melakukan pemantauan ke tiap-tiap ruangan.
“Ketika saya membuka pintu salah satu ruangan kelas, saya mendapati ke empat murid. Lalu ke empat anak itu langsung terkejut, sehingga ke empatnya pergi melarikan diri,” kata Ismail dalam keterangannya, di Bandarlampung, Jumat (3/1).
Ismail melanjutkan, dirinya tak berfikir bahwa persoalan itu akan masuk ke ranah hukum. Sebab, dia tidak melakukan hal di luar batas. Dirinya melakukan apa yang menjadi tanggungjawabnya sebagai pembina OSIS saja.
Keesokan harinya saat melaksanakan kegiatan belajar mengajar di sekolah, ke empat siswa itu sebenarnya tidak ada persoalan dan permasalahan, terlihat baik-baik saja. Mereka tertawa-tawa di masjid, dan tidak ada tanda-tanda penganiayaan yang dialami oleh siswa tersebut.
Bahkan, satu pekan kemudian terdapat dua siswa dari ke empatnya itu meminta maaf dengan menyatakan bahwa sudah melakukan kegaduhan di acara keagamaan itu, pengakuan lainnya bahwa mereka telah melakukan kebohongan pada saat itu.
Atas penyampaian ucapan itu, dirinya berinisiatif untuk menulis di catatan hariannya, dan meminta kepada wali kelas siswa tersebut untuk membuat surat bahwa mereka sudah mengakui kesalahannya.
Atas ucapan terimakasih itu, dirinya telah menganggap peristiwa itu selesai, bahkan dirinya sempat mengantarkan siswa itu acara di salah satu hotel di Bandar Lampung dan tidak ada persoalan apapun.
“Peristiwa itu sempat ditanyakan oleh wakil kepala sekolah kepada kedua siswa, apakah Pak Ismail memukul kalian, dan mereka menjawab tidak. Namun, mereka memberikan keterangan bahwa saya melempar botol minuman, padahal saat membuka pintu ruangan itu, saya tidak memegang benda apapun,” bebernya.
Namun, ada hal yang di luar dugaan atas kejadian 14 September itu, muncul lah isu bahwa dirinya melakukan penganiayaan dengan cara melempar botol mineral sebanyak dua kali, lalu memukul dengan sendal karet, menendang makanan mereka, dan mencaci maki. Tuduhan itu dilaporkan oleh empat siswa tersebut ke kepolisian dengan tuduhan penganiayaan.
“Laporan pertama tidak ada bukti visum. Kemudian siswa tersebut kembali melaporkan dirinya dugaan penganiayaan yang keterangannya terdapat visum. Di mana logikanya, laporan dari sebelumnya tidak ada visum lalu ada visum,” ujar Ismail dengan nada bingung.
Ismail menjelaskan, dalam proses belajar mengajar dia menerapkan kedisiplinan. Dia membuat peraturan di kelas jika anak yang tidak menyelesaikan tugas sekolah bisa menyelesaikan terlebih dahulu agar bisa mengikuti pelajarannya.
Pada 23 September saat mata pelajarannya, terdapat tiga tugas yang tidak dikumpulkan oleh ke empat siswa bermasalah tersebut, padahal tugas itu sudah diberikan hingga jauh hari.
“Wajar dong saya melakukan penegasan itu. Saya minta untuk yang belum mengerjakan tugas agar mengerjakan tugas terlebih dahulu di luar. Tapi apa? Ke empat siswa itu malah melihat anak-anak bermain futsal, bukan menyelesaikan tugas,” ujarnya.
“Dalam waktu yang bersamaan, terdapat satu siswa juga yang saya minta menyelesaikan tugas di luar, dia duduk di depan pintu, saya melihat keseriusannya bahwa memang benar-benar mau belajar, lalu saya izinkan dia masuk. Artinya apa? Itu saya hanya mengetes saja apakah murid itu benar-benar mau belajar atau tidak,” sambungnya.
Pada 31 Oktober 2024, salah satu orang tua dari ke empat siswa bermasalah tersebut mengalami serangan struk, muntah darah, hingga kejang-kejang di masjid lingkungan sekolah, lalu dilarikan ke rumah sakit dan diantar oleh para guru.
Padahal pada saat itu tidak ada surat pemanggilan terhadap wali murid untuk datang ke sekolah. Lalu atas kejadian itu ayah dari siswa itu pun mendatangi sekolah dengan arogan, membentak guru yang ada di ruang BK.
“Dalam suasana panas itu salah satu guru akhirnya memberikan keterangan kepada pria tersebut bahwa anaknya bermasalah di sekolah, berpakaian tidak selayaknya murid, ngerokok hingga memposting di media sosial dengan memakai bet sekolah, sering melakukan kebohongan, dan akhirnya pria itu terdiam setelah mendengar penjelasan itu,” ujarnya.
Hingga pada akhirnya, beberapa pihak melakukan mediasi untuk mencari jalan tengah. Pada saat di mediasi dirinya untuk mencoba meminta maaf atas kesalahan yang tidak dilakukannya kepada orang tua siswa itu.
Lalu perlakuannya tidak sesuai dengan keinginan bagi pihak para Ismail yang seyogianya ingin mencari perdamaian, pria itu melontarkan ucapan tak ada maaf bagi Ismail atas kejadian tersebut.
Lalu setelah di mediasi, muncul pemberitaan yang tak sesuai, dengan judul guru arogan dan lain-lain. Lalu muncul lagi isu berita pedofil, LGBT oleh ke empat siswa pria yang juga suka bermasalah di sekolah itu.
“Keterangan pelecehan itu bahwa dirinya melakukan di ruangan guru. Kan gak masuk akal saya melakukan pelecehan terhadap siswa laki-laki. Atas fitnahan ini saya kecewa. Apalagi ada pemberitaan yang tidak sesuai faktanya,” tutupnya.
(Tim).