BEM KM-Politeknik STTT Bandung Mengikuti Diskusi Industri Tekstil Indonesia
Suaratrans, BANDUNG – Kementerian Perindustrian RI dan IKA Politeknik STTT Bandung menggelarFocus Group Discussionmengenai UMK Industri Tekstil.
Diskusi ini menghadirkan beberapa tokoh dari beberapa bidang sebagai nara sumber, diantaranya Elis Masitoh sebagai Sub Direktorat Industri Tekstil dari Kementrian Perindustrian RI, Rikrik sebagai Ketua IKA ALUMNI ITT-STTT, Ristadi sebagai Ketua FKSPN (Forum KomunikasiSerikatPekerjaNasional) dan Wahyu sebagai perwakilan dari API (AsosiasiPertekstilan Indonesia).
Kementrian Perindustrian, Kondisi industry tekstil di Indonesia yang sedang mengalami degradasi berpengaruh besar pada ketenaga kerjaan di Indonesia, dikarenakan industri tekstil yang memakai banyak tenaga kerja di Indonesia.
Sub Direktorat Industri Tekstil dari Kementrian Perindustrian RI Elis Masitoh menyatakan, degradesiIndustri teksti ldisebabkan oleh minimnya upaya peningkatan daya saing industry disektor energi, SDM, logistik, perbankan, perpajakan, teknologidan lain sebagainya sehingga daya saing produk TPT Indonesia cenderung stagnan, padahal Negara pesaing meningkat.
Hal ini tercermin dari pertumbuhan ekspor yang mengalami stagnasi jauh tertinggal dari India, Vietnam, danlainnya.
“ Ada beberapa faktor yang mempengaruhinya :
1. Biaya energi yang tidak bersaing menjadi beban bagi seluruh rantai industry dari hulu ke hilir.
2. Biaya tenaga kerja menjadi relative tinggi karena tingkat produktifitas yang masihrendah.
3. Sistim PPN hulu hilir mendorong eksportir menggunakan bahan bakuimpor. Jika menggunakan bahan baku lokal, restitusinya 6 bulan sampai 1 tahun.
4. Kebijakan perdagangan yang membuka impor untuk API-U dan rentan penyalah gunaan API-P mendorong banjir impor.“ kata Sub Direktorat Industri Tekstil Kementrian Perindustrian RI, Elis Masitoh di Ibis Hotel Bandung , Jl Gatot Subroto No. 289, Kota Bandung, Jumat (06/12/2019).
Sedangkan Ketua IKA ALUMNI ITT-STTT, Rikrik Supriyadi menjelaskan, dengan kondisi industri TPT saat ini turut dipengaruhi banyaknya produk impor yang beredar dengan harga murah, sehingga permintaan terhadap produsen local menurun.
“Langkah PHK diambil lantaran perusahaan berupaya bertahan dengan cara menurunkan produksi. Saat ini banyak perusahaan mendapat tingkat utilisasi di kisaran 30- 40%. Penyebabnya selain barang murah dari China, juga ada kebijakan menutup Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) bagi industri yang dianggap mencemari sebagai bagian dari program Sungai Citarum Harum. Bahkan beberapa sudah ada yang stop produksi seluruhnya, terutama IKM.“ Jelasnya.
Menanggapi permasalahan diatas, Menteri Luar Negeri BEM KM-Politeknik STTT Bandung Andri Kurniawan mengatakan, sebagai mahasiswa yang memang dipersiapkan di bidang terkait sudah seharusnya sudah responsive akan isu-isu yang beredar.
“Karena dapat berdampak pula terhadap masa depan industry tekstil Indonesia dan terkait permasalahan tersebut, diharapkan pemerintah mampu melakukan pengawasan ketat terhadap importir-importir yang menyalah gunakan kebijakan dan diperlukan adanya konvergensiakan semua bidang terkait sehingga mampu menghadapi tantangan di era Industri 4.0.” katanya.
Penulis: Agus Riyanto Mahasiswa Politeknik STTT Bandung